Pada tanggal 17 Januari 2014, saya dan tim berkesempatan mengunjungi Dusun Semokan, Desa Sukadana, Kabupaten Lombok Utara. Lokasi ini merupakan salah satu tempat penyelenggaraan Acara Maulid Adat yang sangat dinantikan oleh masyarakat setempat. Berikut adalah cerita perjalanan dan pengalaman kami selama berada di sana.
Contents
Perjalanan Menuju Dusun Semokan
Perjalanan menuju Desa Sukadana dari Kota Mataram memakan waktu sekitar 2,5 jam menggunakan kendaraan bermotor. Setibanya di Desa Sukadana, kami melanjutkan perjalanan menuju Dusun Semokan melalui jalan tanah berbatu yang cukup menantang. Medan yang terjal dan berbatu-batu mengharuskan kami untuk benar-benar fokus dan menguasai kendaraan dengan baik.
Setelah memarkir kendaraan, kami masih harus berjalan kaki menuju hutan adat, tempat berlangsungnya acara. Di tengah perjalanan, kami melihat anak-anak kecil yang sedang bermain dengan riang di sekitar hutan. Pemandangan ini terasa eksotis, terutama karena mereka mengenakan pakaian adat yang seragam, menambah kesan tradisional yang kental.
Kampu: Pusat Acara Maulid Adat
Tempat utama penyelenggaraan acara disebut Kampu, sebuah area seluas kurang dari 100 meter persegi yang terletak di tengah hutan adat. Di Kampu, terdapat beberapa bangunan, termasuk Masjid Kuno yang menjadi saksi bisu sejarah panjang masyarakat Dusun Semokan. Suasana di Kampu terasa sangat sakral dan penuh makna.
Sayangnya, kami tiba terlambat untuk menyaksikan seluruh rangkaian acara. Acara Maulid Adat sebenarnya sudah dimulai sejak sehari sebelumnya, sehingga kami melewatkan beberapa ritual penting seperti tumbuk beras, cuci beras, dan peresean. Meskipun begitu, kami tetap bersyukur bisa mendokumentasikan kegiatan yang berlangsung pada hari itu.
Prosesi Merembun: Mengumpulkan Hasil Bumi
Salah satu momen yang berhasil kami saksikan adalah prosesi merembun atau pengumpulan hasil bumi. Dalam prosesi ini, satu per satu warga Dusun Semokan membawa hasil bumi mereka, seperti beras dan ternak, ke Kampu. Yang menarik, semua warga melakukannya dengan sukarela tanpa paksaan. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya niat dan kebersamaan masyarakat dalam melestarikan tradisi ini.
Hasil bumi yang terkumpul pada hari itu cukup melimpah, antara lain:
- 2 ekor kerbau,
- 44 ekor kambing, dan
- 2 ekor ayam.
Kerja Sama yang Harmonis
Yang paling membuat kami takjub adalah kerjasama yang terlihat sangat harmonis di antara warga. Para tetua adat bertugas memotong hewan ternak, sementara laki-laki dewasa menguliti hewan yang sudah dipotong. Anak-anak membantu membakar kambing yang tidak dikuliti, dan ibu-ibu sibuk menanak nasi untuk hidangan bersama.
Semua kegiatan berjalan dengan lancar dan terorganisir tanpa perlu komando. Setiap orang tampaknya sudah memahami peran dan tanggung jawab mereka. Suasana penuh sukacita dan kebersamaan ini benar-benar menggambarkan kekuatan adat dan budaya yang masih terjaga dengan baik di Dusun Semokan.
Kesimpulan
Kunjungan kami ke Dusun Semokan untuk menyaksikan Maulid Adat memberikan pengalaman yang tak terlupakan. Acara ini bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga menjadi bukti nyata betapa masyarakat Dusun Semokan masih memegang teguh tradisi dan kebersamaan. Bagi Anda yang tertarik dengan budaya dan tradisi lokal, Dusun Semokan di Bayan, Lombok Utara, adalah destinasi yang wajib dikunjungi.