Menenun merupakan salah satu budaya kreatif perempuan Suku Sasak Lombok. Zaman dahulu, semua perempuan Suku Sasak bisa menenun. Itu menjadi kemampuan wajib, bahkan Perempuan Sasak belum boleh menikah kalau belum bisa menenun. Itu menjadi salah satu indicator kedewasaan perempuan Suku Sasak. Akan tetapi, seiring dengan kemajuan zaman dan arus modernisasi yang melanda maka kemampuan menenun semakin langka. Hanya di Kampung Adat Sade, kemampuan kreatif ini masih menjadi warisan turun temurun.
Pembuatan kain tenun dimulai dengan pembuatan benang dari kapas. Perempuan Sade mendapat kapas dari desa luar karena areal persawahan di sekitar kampung digunakan untuk menanam padi sebagai bahan makanan pokok. Kapas biasanya di tanam di tegal (sebutan untuk lahan pegunungan yang ditanami tanaman tumpang sari). Pembuatan benang di bagi menjadi beberapa proses yaitu:
- Bebetuk, yaitu proses mengolah kapas menjadi halus. Proses ini dilakukan dengan alat tradisional yang terbuat dari bamboo dan benang. Alat ini dipetik ditengah kapas, proses ini dilakukan didalam kelambu agar kapasnya tidak beterbangan kemana-mana.
- Gulung, kapas yang sudah halus digulung atau di buat menjadi bentuk bulat memanjang sekitar 15 cm.
- Minsah, adalah proses dengan alat tradisional yang di sebut Arah. Pada proses inilah kapas dibuat menjadi benang.
- Pewarnaan, setelah menjadi benang, proses selanjutnya adalah pewarnaan dengan menggunakan daun taum atau menggunakan kulit kayu.
Proses pembuatan benang biasanya dilakukan oleh orang yang sudah lanjut usia. Kemampuan ini sudah sangat langka dan tidak semua Perempuan Sade bisa melakukannya.
Setelah benang jadi, barulah proses menenun di mulai. Tahapannya adalah sebagai berikut:
- Ngani adalah proses membuat badan kain tenun. Proses ini menentukan motif apa yang ingin dibuat. Proses ini juga menentukan luas kain yang ingin di tenun. Proses ini mengunakan alat tradisional yang disebut Aneq.
- Nensek adalah proses menenun yang terakhir. Proses yang biasa kita lihat. Proses memasukkan benang dalam badan kain tenun yang telah di buat.
Proses ini memakan waktu yang lama tergantung luas dan kesulitan motif. Beberpapa motif khas Kain Tenun Sasak adalah songket, selulut, kembang komak, ragi genap, kemalu, sabuk anteng. Motif inilah yang membedakan Kain Tenun Sasak dengan kain tenun dari daerah lain. Seiring dengan modernisasi, para penenun membuat inovasi kreatif misalnya dengan membuat kain tenun dengan motif nama sesuai pesanan.
Menenun adalah proses dengan alat tradisional. Alat-alat tersebuat adalah:
- Lekot, alat yang di pasang dipinggang penenun.
- Berire, alat untuk menguatkan kerapatan benang.
- Gun, alat beruapa kayun dan benang.
- Penggulung, alat dari bambu di tempatkan di dekat gun.
- Jajak, alat dari kayu. Ada dua buah jajak yang digunakan.
- Tutuk, tempat melilitkan benang sebagai badan kain tenun.
- Apit, sebagai penyekat antara benang dan tutuk supaya tidak langsung bergesekan.
- Pendiring, tempat melilitkan benang yang akan di masukkan ke dalam benang badan kain.
- Terudak, alat dari bambu kecil untuk memasukkan pendiring.
Setelah kain tenun jadi, Perempuan Sade menjualnya kepada para wisatawan local maupun mancanegara yang berkunjung ke kampung adat Sade dengan harga variatif. Rentang harga yang ditawarkan adalah puluhan ribu hingga jutaan rupiah. Kampung Adat Sade terletak di desa Rembitan, kecamatan pujut, Lombok Tengah. Anda hanya membutuhkan waktu perjalanan sekitar 30 menit dari Bandara Internasional Lombok.