Terumbu Karang – Menyambut Hari Bumi, para pemuda yang tergabung dalam Pokmaswas Terpadu Wilayah Sekotong, bekerjasama dengan Pemda setempat mengadakan acara “Asahan Menyapa Bumi”. Dalam acara yang diselenggarakan dari tanggal 21 – 23 April tersebut, berbagai kegiatan dilakukan antara lain bersih pantai, penanaman bibit bakau, dan puncaknya tanggal 22 April yaitu konservasi terumbu karang di Gili Asahan.
Menurut Pak Sapari selaku Ketua Panitia kegiatan tersebut, kegiatan ini merupakan rutinitas setiap bulan yang tetap dilakukan oleh pemuda setempat untuk menjaga kelestarian terumbu karang di wilayah perairan Sekotong.
“Awalnya, kami berencana mengkonversikan kegiatan ini bertepatan dengan Hari Bumi, setelah mengundang masyarakat setempat baik dari mulut ke mulut maupun dunia maya, banyak pihak yang tertarik untuk membantu kegiatan ini, mulai dari kalangan pemerintah hingga swasta. Alhamdulillah, kegiatan ini menjadi kegiatan besar dengan panitia yang melibatkan banyak pihak mulai dari warga setempat hingga pihak pemda yang terkait” ujarnya.
Pada tanggal 21 April, agenda kegiatan adalah bersih pantai di wiayah pantai Desa Batu Putih. Pengamatan kami di lapangan peserta yang ikut kegiatan ini tidak hanya orang tua, anak-anak SD hingga SMA pun turut dilibatkan. Diharapkan kegiatan ini mampu menumbuhkan kesadaran sejak dini akan betapa pentingnya menjaga lingkungan kita.
Puncak acara ada dihari kedua, tepatnya di Gili Asahan. 12 orang penyelam terlibat dalam kegiatan konservasi karang hingga peletakan bibit. Masyarakat umum dan pelajar membantu saat mengikat bibit karang ke media beton yang telah disediakan oleh panitia. Tampak peserta sangat berantusias mengikuti kegiatan ini.
Terumbu karang merupakan rumah para ikan. Jika karang berkurang, maka ikan akan bermigrasi ke tempat lain sehingga para nelayan hanya mendapatkan hasil tangkapan yang sedikit.
Rusaknya terumbu karang tentu akan berpengaruh pada hasil tangkapan nelayan. Penyebab kerusakan terumbu karang selain karena faktor alam, seringkali disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Penangkapan dengan cara pengeboman, penggunaan bahan kimia berbahaya, hingga pukat harimau tidak dapat dipungkiri menjadi penyebab utama rusaknya rumah para ikan.
Dengan adanya kegiatan ini, kami berharap kesadaran para nelayan mulai tinggi, bersama-sama menjaga kelestarian terumbu karang, dan satu hal yang tidak banyak diketahui oleh orang lain, terumbu karang merupakan penyumbang oksigen terbesar bagi manusia, ujar Pak Sapari saat menutup kegiatan ini yang dirangkaikan dengan penanaman bibit bakau.
Mari kita jaga lingkungan kita. Kalau bukan sekarang, kapan lagi. Kalau bukan kita, siapa lagi, ujarnya.